Kehamilan seringkali menjadi pengalaman tak terlupakan dan penuh kejutan terutama bagi pasangan muda yang baru memiliki anak untuk pertama kalinya. Rasa penasaran tentang jenis kelamin janin menjadi salah satu yang paling sering dipertanyakan. Tak heran bila banyak kepercayaan dan mitos yang terus berkembang dan diperbincangkan terkait jenis kelamin anak di dalam perut.
Salah satu mitos yang beredar adalah bila perut berbentuk bulat berarti janin di dalam perut berjenis kelamin laki-laki, sedangkan perut berbentuk oval menunjukkan janin berjenis kelamin perempuan.
Pendapat yang didasari oleh kepercayaan turun temurun tersebut tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak berarti benar, apalagi tidak didasari oleh penelitian apapun.
Dalam dunia medis, terdapat beberapa cara untuk mengetahui jenis kelamin janin di dalam kandungan, diantaranya:
1. USG Kehamilan
USG kehamilan (ultrasonografi) adalah teknik pencitraan yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar janin di dalam rahim, yang dapat dilihat melalui monitor.
Pemeriksaan USG dapat membantu mengonfirmasi kehamilan, jumlah janin di dalam rahim, posisi janin di dalam rahim, mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta memantau kesehatan kehamilan secara umum.
Jenis kelamin janin ini bisa diketahui sedini mungkin di usia kehamilan 14 minggu, namun pemeriksaan USG pada umumnya baru dapat mengonfirmasi jenis kelamin janin lebih baik di usia kehamilan 18-21 minggu.
Hasil pemeriksaan jenis kelamin janin melalui USG tidak selalu 100% akurat, semua bergantung pada posisi janin dan kesimpulan dokter dalam melihat gambar USG.
2. Amniosentesis
Amniosentesis adalah prosedur di mana cairan ketuban dikeluarkan dari rahim untuk diuji. Cairan ketuban yang ada di dalam rahim berfungsi untuk melindungi janin selama di dalam kandungan.
Uniknya, di dalam cairan tersebut mengandung sel-sel janin dan berbagai protein yang dapat memberikan informasi berharga tentang kesehatan janin dan juga jenis kelaminnya.
Untuk melakukan pemeriksaan amniosentesis, Anda harus menunggu hingga usia kehamilan 15-20 minggu. Melakukan amniosentesis di bawah usia kehamilan 15 minggu berisiko menyebabkan komplikasi pada kehamilan.
3. Chorionic villus sampling (CVS)
Chorionic villus sampling adalah tes prenatal yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari plasenta untuk menguji kelainan kromosom dan masalah genetik tertentu. Namun tes ini juga sekaligus bisa membantu mengetahui jenis kelamin janin. Tes ini bisa dilakukan di usia kehamilan 10-12 minggu.
Walaupun demikian, Anda sebaiknya tidak menjalani CVS hanya karena ingin tahu jenis kelamin janin, karena tes ini berisiko menyebabkan kram, pendarahan, kebocoran cairan ketuban, infeksi, keguguran, hingga persalinan prematur.
4. Noninvasive prenatal testing (NIPT)
Tes NIPT bertujuan untuk mengetahui risiko kelainan genetik tertentu pada janin melalui sampel darah dari ibu. Tidak seperti tes lainnya, tes ini lebih tidak berisiko pada janin maupun kehamilan. Tes dilakukan dengan mengambil sampel darah ibu, yang bisa dimulai sejak usia kehamilan 10 minggu.
Mengetahui jenis kelamin janin bisa menjadi suatu hal yang menyenangkan. Apapun jenis kelamin bayi Anda, pastikan bahwa kondisi kehamilan tetap sehat dengan mendapatkan pemeriksaan rutin dan mengikuti setiap pantangan serta petunjuk yang diberikan oleh dokter kandungan Anda.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina